Sosok Laki-Laki yang saya kagumi dan yang saya banggakan , beliau adalah Ayah saya . Dimana berbeda dengan sosok ayah yang lain . Namun di dalam hati ayah saya pasti memikirkan dan memperhatikan saya , walaupun diluar sangat pendiam dan sangat dingin.
Masih sangat lekat dalam ingatan, memori-memori masa kecil. Dulu,
rasanya tak ada yang spesial, sangat biasa-biasa saja. Mungkin tak ada
kenangan tentang kemewahan, atau kenangan kecil yang mencekam. Yah
nothing special.
Sungguh aneh memang, ketika banyak teman-teman
yang selalu disuruh belajar ini itu oleh ayahnya, namun saya tidak,
bahkan saya tidak pernah ditanyai kenapa saya ndak pernah belajar. Tidak
pernah pula saya dimarahi apabila saya berbuat kesalahan. Tidak pernah
pula ayah mengatakan tidak jika saya meminta sesuatu ke beliau. Karena Mengapa ? Karena Ayahku emang seorang sosok yang pendiam dan jarang berbicara.
Suatu
yang tidak ada dalam memori saya adalah “kemarahan” beliau, raut sedih
wajahnya, dan juga keluhannya. Namun ayah, saya sungguh merasakannya
sekarang, cara ayah mendidik ananda, adalah yang terbaik menurut ananda.
Ayah memang tak pernah menyuruh saya untuk melakukan ini itu.
Namun
ayah selalu memberi contoh seperti apa yang baik yang harus dilakukan.’
Ayah memang tak pernah memarahi ananda, namun ayah selalu mengajari
saya untuk mengambil hikmah dari setiap kejadian agar ananda tak
mengulangi kesalahan yang sama.
Ayah tak pernah menuntut saya
menjadi orang yang seperti apa, namun ayah selalu bilang, jadilah
manusia yang bermanfaat, karena sebaik-baik manusia adalah yang
bermanfaat bagi sesama.
Ayah, masih ingat sekali dalam angan saya, pesan-pesan ayah “jika shalat orang itu sudah sempurna, maka
hal-hal lain pasti akan baik”. “Jangan lupa shalat”, itu pulalah yang
ayah katakan setiap menelpon atau mengirim sms kepada saya. Dan itulah
bekal yang saya bawa hingga sekarang, yang bisa menguatkan saya
ketika ananda rapuh.
Ayah masih ingat dalam angan saya, saat
ayah memeluk saya ketika saya marah dan ayah berkata “nak sabar nak,
orang sabar itu mulia”. Dan ayah, di mata saya ayah adalah orang
paling sabar yang pernah ananda temui, yang tak pernah marah sekalipun
orang menyakiti ayah, yang tak pula marah ketika orang menyalahkan ayah
atas perbuatan yang tidak ayah lakukan. Yang selalu tersenyum walau
orang berkata kepada ayah dengan nada yang tinggi. Ayah juga pernah
bilang “jangan pernah menganggap orang itu benci kita, meski orang itu
benci” selalu bersihkan hati.
Kini saya paham, semua itu adalah
cara ayah mendidik anak-anak ayah untuk selalu sabar dan berkhusdudzon
pada Allah apapun yang terjadi. Ayah mengajarkan makna ketulusan dan
keikhlasan. Inilah cara ayah mengajari anak-anak ayah untuk menjadi
sukses, tidak hanya di dunia namun pula di akhirat.
Ayah, semoga Allah SWT selalu melindungi ayah di manapun
ayah berada, mendekap ayah dalam kasih sayang dan ridhaNYA.
Aamiin aamiin yaa Rabbal alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar