1. Society built on “place” relationship
「場」としてのグループに個人が所属する。
Ada seorang anak baru di kantor, anggap saja namanya Budi. Sebelum bergabung, Budi sempat kerja di perusahaan Indonesia. Ia orang yang super dan hebat, pemikir ulung dan kreatif, kariernya menanjak cepat sekali. Ia merasa seperti star employee saking hebatnya, semua orang mengenalnya di tempatnya yang lama. Tapi ia memutuskan berhenti dan pindah ke perusahaan Jepang. Ia kaget bukan main, kehebatannya tak dihargai oleh rekan-rekan kerjanya. Ya, inilah budaya kerja Jepang. Tak ada istilah star employee atau bintang karyawan atau apapun namanya, karena mereka satu kesatuan dalam kelompok, bergerak bersama-sama. Tak ada keputusan individual, adanya keputusan kelompok. Tak ada tanggung jawab individual, adanya tanggung jawab kelompok. Tak ada ide individual, adanya ide kelompok. Tak ada orang yang mengenal nama Budi, kenalnya nama kelompoknya, sehebat apapun ia.
2. Once workers enter company, the company becomes the “place” for their careers
一度入社した企業は自分の生活の安定した「場」である。
Sebagian besar orang Jepang punya prinsip “life time employment”. Satu perusahaan seumur hidup. Tempat bekerja akan menjadi rumahnya atau desa tempat tinggalnya yang tak terpisahkan. Beda dengan orang Indonesia yang menganggap kantor sebagai “tempat bekerja”, orang Jepang menganggap kantor sebagai “tempat tinggal”nya. Terkadang kantor pun menjadi tempat tidurnya saat ada kerjaan yang tak bisa ditinggal sampai larut malam.
Memecat seorang pekerja di Jepang termasuk taboo dan jarang sekali dilakukan meskipun performa si pekerja jelek sekali. Bahkan teman seangkatan saya sudah bolos kerja 6 bulan pun masih dipertahankan. Terkadang pekerja yang membolos itu memang sedang stres berat dan mungkin jadi alergi masuk kantor. Ya mau bagaimana lagi. Memecat pekerja hanya dilakukan saat kondisi keuangan perusahaan sudah tak memungkinkan lagi. Inipun bukan dengan jalan memecat, melainkan dengan memohon pekerja-pekerjanya untuk mengundurkan diri secara sukarela. Sungguh unik!
3. Workers give priority to stability and cooperation
雇用の安定性と協調性を重視する。
Di sini semua orang saling bantu. Ini yang membuat orang-orang bekerja sampai larut malam. Bukan karena kerjaannya yang tak beres, melainkan karena bantu-bantu kerjaan rekan-rekannya sampai beres! Tanggung jawab suatu kerjaan dibagi rata di kelompok. Orang hebat dapat tanggung jawab lebih besar daripada orang biasa, dan orang lemah hanya dapat tanggung jawab sedikit. Tapi lagi-lagi, hasil akhir kerjaan tetaplah kelompok, bukanlah individu orang hebat tersebut.
4. Large differences in evaluation and treatment can affect cooperation and moral
あまりに大きな格差は職場の協調性や個々の社員の土気の低下をもたらしかねない。
Kata kunci di budaya kerja Jepang adalah kelompok. Supaya kelompok ini stabil dan tak ada iri dengki atau konflik internal, semua pekerja dianggap dan dilihat sama rata. Orang hebat kehebatannya diredam. Orang lemah kelemahannya didongkrak. Hasilnya semua performa pekerja seperti grafik garis lurus, tak ada puncak dan tak ada lembah. Semua merasa satu, tak ada yang sok pamer keahlian dan tak ada yang minder karena kurang kemampuan, bagaikan suatu desa dikelilingi sawah yang penduduknya hidup rukun, aman, dan tentram.
referensi :http://pentriloquist.wordpress.com/2014/03/05/4-prinsip-ndeso-dalam-budaya-kerja-jepang/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar